Mendidik Dengan Keteladanan

Baca: 2 Timotius 3:10-17

Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. (2 Timotius 3:10)

Bacaan Alkitab Setahun: 
Wahyu 9-11

Jarkoni, bisa ngajar ora bisa nglakoni. Istilah bahasa Jawa ini merupakan ejekan untuk para pendidik yang hanya bisa mengajar, tetapi tidak bisa melakukan ajarannya. Yang benar seharusnya positif, bisa mengajar ya bisa melakukan. Itulah pendidikan keteladanan.

Ki Hajar Dewantoro telah meninggalkan warisan filsafat kepemimpinan pendidikan, “Ing Ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Artinya, di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi.

Paulus berani berkata kepada anak rohaninya, Timotius, “Hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” Itu berarti sama dengan berkata, “Teladanilah atau ikutilah ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku, dan ketekunanku.” Bukan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk mendidik melalui contoh atau keteladanan.

Beranikah kita, baik selaku orangtua kepada anaknya, sebagai guru kepada muridnya, selaku pejabat kepada rakyat atau bawahannya, maupun sebagai pemimpin agama kepada umatnya bersikap demikian? Berkata, “Ikutilah teladan Bapak dan Ibumu”; “Contohlah Bapak dan Ibu gurumu ini”; “Teladanilah para pemimpinmu ini”; “Ikutilah ajaranku! Lihatlah cara hidupku! Ikutilah pendirianku! Teladanilah imanku! Contohlah kesabaranku! Teladanilah kasih dan ketekunanku”? —DHI
Mendidik dengan keteladanan dimulai dari kebiasaan sehari-hari dalam berpikir, bersikap, bertutur kata, bertindak dan berkarakter.

0 Response to "Mendidik Dengan Keteladanan"